MAKALAH PROFESI
GURU DAN TANTANGANNYA DI ERA GLOBAL
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, pertama – tama kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Profesi Guru
dan Tantangannya di Era Global. Selama penyusunan makalah ini diperlukan
kesabaran dan usaha yang keras dengan harapan dapat memberikan sesuatu yang
terbaik. Kami menyadari bahwa isi dari
makalah Profesi Guru dan Tantangannya di Era Global ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan, pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh kami. Oleh karena
itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah yang kami buat.
Pada kesempatan ini dengan rasa syukur dan kerendahan
hati, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah mendukung baik itu secara moril maupun materil hingga
makalah Profesi Guru dan Tantangannya di Era Global ini bisa selesai tepat pada
waktunya.
Akhir kata, Kami mengharapkan semoga makalah Profesi Guru
dan Tantangannya di Era Global ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang membutuhkannya.
BAB I
PENDAHULUAN
Dari
sekian banyak tranding topik yang bermunculan, guru merupakan topik yang tidak
pernah habis dibahas sekurang-kurangnya selama dasawarsa terakhir. Pembahasan
tentang guru tersebar diberbagai media massa, diperdebatkan di dalam
diskusi-diskusi akademik, diangkat permasalahannya di dalam seminar-seminar.
Membahas tentang guru selalu aktual, karena permasalahan guru sendiri dan dunia
pendidikan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan.
Misalnya,
sekelumit deskripsi ketidak sukaan masyarakat pada guru bisa kita saksikan tiap
akhir tahun ajaran. Tidak sedikit orang tua murid yang merasa kecewa pada guru
karena anaknya tidak lulus. Mereka menuding guru tidak bisa mengajar dan
mendidik. Dari masyarakat pendidikan sendiri, tidak sedikit siswa yang marah
dan kecewa terhadap guru karena ia tidak berhasil lulus pada test ujian Nasional.
Pemandangan seperti ini, tiap tahun kelulusan sekolah-sekolah selalu kita
saksikan baik secara langsung atau melalui media massa.
Muhibbin
Syah, M.Ed. dalam bukunya Psikologi Pendidikan, bahkan mengatakan bahwa,
“profesi guru yang dianggap “kering”, dalam arti kerja keras para guru
membangun sumber daya manusia (SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan
asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat dan derajat mereka di mata masyarakat
merosot, seolah-olah menjadi warga second class (kelas kedua). Kemorosotan ini
terkesan hanya karena mereka berpenghasilan jauh dibawah rata-rata kalangan
profesi lainnya.
Tugas
yang sangat mulia yang diemban oleh seorang guru agar dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan dan mengharuskan seorang guru mengembangkan pengalaman dan
pengetahuan di era globalisasi seperti sekarang ini, demi meningkatnya kualitas
ilmu pengetahuan yang diterima oleh peserta didik.
Guru
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi ilmu
pengetahuan maupun dari segi teknologi. Karena hal tersebut sangat berpengaruh
bagi anak didik kita.
Guru
harus mampu menghadapi tantangan yang kemungkinan muncul dengan variasi yang
berbeda-beda. Tantangan demi tantangan harus dihadapi dengan berbagai trik-trik
atau dengan cara tersendiri, sesuai dengan model tantangannya seperti apa.
Dalam
zaman yang sudah berkembang seperti sekarang ini, guru harus mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya.
Diantara
tantangan-tantangan bagi guru yang akan menjadi sebuah fenomenal dan akan
muncul di hadapan, pada makalah ini saya akan coba membahasnya.
Beberapa
hal yang harus dipersiapkan agar guru siap dan mampu menghadapinya dengan baik
dan benar menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Guru di Era Global
Kita telah memasuki suatu era yang dikenal dengan era
globalisasi. Era ini dapat pula dipandang sebagai era pengetahuan karena
pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Era pengetahuan
merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era
dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia
pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena
perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan
yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai
budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara
pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta
perubahan pola hubungan antar mereka.
Kemerosotan pendidikan di Indonesia sudah terasakan
selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai
penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai
kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti dengan kurikulum
1994, dan kini diganti lagi dengan kurikulum 2007. Apabila kita analisa,
kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya
profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai
penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh
dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor
eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta
berbagai latihan yang dilakukan guru (Sumargi, 1996). Profesionalisme guru dan
tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya.
Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau guru Bahasa Inggris dapat
mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif
sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan
harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang
keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan
pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).
Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru
merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan
semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi,
terutama dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi yang
merupakan sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggungjawaban moral dan
akademis. Hal ini tersirat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional mewajibkan
setiap tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya (Pasal 42).
Sertifikasi dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki
para guru dan dosen sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing
B.
Tantangan Bagi Seorang Guru
Dalam pendahuluan
adalah secuil dari permasalahan guru, khusunya masalah internal guru. Selain
dihadapkan pada persoalan internal, guru juga mempunyai tantangan eksternal
yang harus dihadapinya. Menurut Indra Djati Sidi, Ph.d. dalam bukunya Menuju
Masyarakat Belajar, guru mempunyai dua persoalan eksternal, yaitu pertama,
krisis etika dan moral anak bangsa, dan yang kedua, tantangan masyarakat
global.
Persoalan etika dan
moral anak bangsa, sesungguhnya bukan hanya permasalah guru. Namun, jika yang
dibidiknya adalah moral pelajar, maka tidak ada alasan guru tidak dilibatkan.
Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus “membina” para
murid dari segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan
tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia ajarkan dipraktekan oleh
para muridnya dalam kehidupan.
Disamping itu, yang
terpenting seorang guru harus bisa mengubah pola pikir dan perilaku para siswa
agar lebih baik dan mampu menciptakan pelajar yang etis-moralis. Guru adalah
orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar juga
kemorosotannya. Dengan demikian, tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata
pelajaran, tapi yang paling urgen adalah pencetakan karakter murid. Tantangan
persoalan ini memang sangat sulit bagi para guru, keterbatasan kontroling guru
pada murid kerap membuatnya kecolongan. Sehingga tidak sedikit murid didikannya
yang trebawa arus perilaku amoral diluar pengetahuannya.
Persoalan pertama
ini, memang selalu menjadi persoalan utama yang harus diperbaiki dan
diperbaikai oleh para guru. Tantangan etika moral siswa adalah tantangan guru
dari masa kemasa, mungkin karena pendidikan dipandang sebagai proses
memanusiakan manusia. Maka, untuk mensukseskan proses itu guru harus lebih
sibuk dan teliti dalam mengajar, mengontrol dan menjaga etika moral siswa
kearah perbaikan.
C.
Tantangan Bagi Guru Di Era Globalisasi
Disamping masalah
besar pertama tadi, guru juga harus menghadapi permasalahan lainnya yaitu
tantangan masyarakat global. Di era globalisasi, guru sangat dituntut
meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Disamping
profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia
pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dari
segi sosial, masayarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap
masalah-masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup.
Kendala tersebut
harus dihadapi guru dengan sangat arif. Maka tidak heran jika pemerintah
mengadakan sertifikasi guru, agar profesionalitas guru terwujud. Perhatian
pemerintah memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan khsusunya guru,
di implementasikannya dengan sertifikasai guru dan meningkatkan kesejahteraanya
dengan peningkatan tunjangan pendidikan. Dengan demikian, kulaitias mutu
pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan
profesinya.
Menanggapi persoalan
tersebut, dalam peningkatan kualiatas pengajaran, guru harus bisa mengembangkan
tiga intelejensi dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral. Tiga
unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri didalam
dirinya. Hal lain yang harus diperhatikan guru adalah dimensi spiritual siswa.
Intelektual murid
harus luas, agar ia bisa menghadapi era globalisasi dan tidak ketinggalan zaman
apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional dan spiritual pelajar
harus terdidik dengan baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan murid
bisa bertahan di antara tarik-ulur pengaruh demoralisasi diera globalisasi
dengan prinsip spiritualnya.
Disamping itu, untuk
mempertahankan profesinya, guru juga harus memiliki kualifikasi pendidikan
profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang
ditekuninya, mampu berkomunikasi baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif, dan mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya.
Dengan demikian, tantangan guru di era glbalisasi tidak akan menggusurnya pada
posisi yang tidak baik, sebagaimana diatas.
Secara konseptual
guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi
untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi
real di lapangan masih amat memperhatikan, baik secara kuantitas, kualitas
maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai
tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini. Berikut ini diuraikan
sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai wawasan dalam rangka menambah
khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Sebagai seorang
profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan
tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan
semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta budi
pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Namun emikian, kita
semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang guru
dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di masa datang,
yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.
Ada beberapa faktor
yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi oleh profesi keguruan
dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaannya di mata masyarakat seperti yang
dikemukakan oleh Dedi Supriadi sebagai berikut: (1) kekurangjelasan tentang
definisi profesi keguruan (2) desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan
guru (3) sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga (4) PGRI belum
banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan langsung
berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru (5) perubahan yang terjadi
dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap peran (role expectation)
yang seharusnya dimainkan oleh guru.[1]
Masyarakat dunia saat
ini masuk ke dalam pergaulan era globalisasi. Tidak terkecuali saya, anda,
guru, siswa, dosen, mahasiswa, pebisnis, instansi pemerintahan, pendidikan dan
siapa saja. Suka atau tidak arus globalisasi adalah arus yang irreversible (tak
dapat ditolak).
Hadirnya berbagai
jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak tawaran dan
pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan
bukan saja kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi fasilitas multimedia
yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan interaktif. Bagamana
dengan guru sebagai ujung tombak pendidikan? Apakah siap menghadapi tantangan
ini?
Sebagian besar guru
merasa ragu dan tidak akrab dengan teknologi informasi semacam internet. Bahkan
ada yang menganggap hanya mengganggu kosentrasi belajar siswanya. Benar! Jika
siswa lebih dahulu menguasai teknologi informasi ketimbang gurunya. Dan yang
dilakukan siswa di warnet biasanya aktifitas bermain game online. Kenapa bisa
terjadi demikian? Ya…karena mereka tidak mendapat petunjuk yang benar bagaimana
cara memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang prestasi belajarnya.
Berikut adalah
kutipan dari LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2007
TANGGAL 4 MEI 2007 tentang STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU :
24. Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri
24.1.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
24.2.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Kutipan di atas
adalah Standar Kompetensi (Kompetensi Profesional} Guru PAUD/TK/RA/SD/MI.
Sengaja saya pilih yang itu karena pesan pada kutipan di atas cukup
jelas. Pertanyaannya “kapan lagi kita manfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk berkomunikasi dan pengembangan diri agar menjadi guru yang
benar-benar profesional?”
D. Gambaran Masyarakat
di Era Globalisasi
Untuk memberikan
gambaran tentang tantangan guru yang prfeesional di masa depan, perlu melihat
karakteristik masyarakat di era globalisasi dikaitkan dengan peran pendidikan.
Menurut Tilaar (1999), setidaknya terdapat tiga karakteristik masyarakat di
abad 21, yaitu: (1) masyarakat teknologi; (2) masyarakat terbuka; (3)
masyarakat madani.
a. Masyarakat
Teknologi
Masyarakat teknologi
yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek teknologi dan
menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah cara berfikir
dan bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama sekali
berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Kemajuan teknologi kkomunikasi telah
mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan cepat, sehingga seolah-olah dunia
menjadi satu tanpa ada sekat yang membatasi bangsa-bangsa, negara-negara,
bahkan pribadi-pribadi. Kemajuan teknologi dapat memajukan kehidupan manusia,
tetapi dapat pula menghancurkan kebudayaan umat manusia. Untukitu, dalam
mengiringi kemajuan teknologi tersebut diperlukan upaya penghayatan, di samping
penguasaan teknologi itu sendiri.
Dalam maysarakat
seperti itu, peran pendidikan dan guru sangat penting dan strategis, terutama
dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada masyarakat
dan peserta didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan
teknologi. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah peran pendidikan dalam
memberikan arahan dan bimbingan agar penguasaana teknologi tidak menjadi
bumerang bagi masyarakat, yang disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika.
Pendidikan dan guru
dapat menumbuhkan pemahaman etika yang benar, agar kehidupan manusia tidak
terancam oleh karena kemajuan teknologi itu sendiri. Manakala pendidikan
mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik untuk menguasai teknologi, maka
tentu tidak kalah pentingnya peran guru itu sendiri untuk lebih dulu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan teknologi terkini kepada peserta didiknya.
Penguasaan terhadap
IPTEK memang harus diiringi dengan pemahaman etika yang benar agar moral bangsa
kita tetap terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi lagi perlanggaran2 etika
yang terkait dengan teknologi.
Karena IPTEK adalah
sesuatu yang sangat cepat dalam perkembangannya, banyak perubahan-perubahan
yang muncul ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berada di tengah-tengah
masyarakat seperti sekarang ini. Banyak orang-orang yang semakin pintar membuat
sesuatu yang baru sehingga dapat mengalahkan apa-apa yang muncul pada
sebelum-sebelumnya.
b.
Masyarakat Terbuka
Lahirnya teknologi
komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu seolah tanpa sekat,
sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan hampir tanpa
hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam masyarakat
terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat saling mempengaruhi dalam
berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa lain. Hal itu mengancam
kehiudpan masyarakat lain oleh karena adanya kemungkinan penguasaan atau
dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang memilikimodal
terhadap masyarakat yang lemah, tidak berdaya dan miskin.
Untuk itu, dalam
masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan kapasitasnya
agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan
berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas oleh zaman yang penuh
dengan persaingan.
Setiap manusia
mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk belajar dan mengembangkan diri
atau bahkan melalui kapasitasnya memberikan sumbangan kepada masyarakat
lainnya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Tetapi sebaliknya, bila
kapasitas sumber daya manusia itu tidak dikembangkan, maka akan menjadi manusia
dan masyarakat yang lemah dan tidak berdaya, yang pada akhirnya akan menjadi
boneka atau korban bagi mereka yang lebihkuat, lebih kreatif dan memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peran pendidikan sangatlah penting untuk
meningkatkan harkat dan martabat suatu masyarakat dan bangsa, agar tidak
menjadi bangsa pelayan yang dapat diperintah bangsa lain. Sangat ironis bila
bangsa kita yang besar ini tidak mampu bersaing dengan bangsa2 lain, yang hanya
mengandalkan kuantitas tanpa kualitas, yang mngandalkan banyak sikil ketimbang
skill ..tentu sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mengirimkan tenaga2
ahli/profesional ke luar negeri dan bukan mengirimkan PRT/tenaga kasar/buruh ke
luar negeri yang hanya bisa menjadi budak bagi bangsa2 lain.
c. Masyarakat Madani
Masyarakat madani
merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan
sesuatu sesuai dengankapasitasnya. Masayraakat madani tumbuh berkembang dalam
suatu masyarakat yang saling hormat-menghormati, bukan atas dasar asal-usul
atau keturunan, tetapi berdasarkan pada kemampuan individual, memiliki
toleransi dan tanggungjawab terhadap kehiudpan pribadi maupun masyrakatnya,
serta menjunjung tinggi rasa kebersamaan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Masyarakat madani
adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang mengakui
akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati prestasi individual, dan
masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari
masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis yang diyakini kebenarannya.
Masyarakat madani
tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa upaya terencana,
tetapi masyarakat yang dibangun melalui pendidikan. Kunci terwujudnya
masyarakat madani adalah pendidikan, karena melalui pendidikan dapat dibangun
sumberdaya yang berkualitas dengna kepribadian yang sesuai dengan budaya serta
kesadaran individu hidup berdampingna untuk mencapai tujuan bersama.
E. Tantangan Guru
Sebagai Tenaga Profesional
Berdasarkan paparan
di atas, setidaknya kita dapat memperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana
karakteristik masyarakat pada abad 21 dan apa peran pendidikan pada masa yang
akan datang serta tantangan bagi seorang guru untuk menyikapinya. Pendidikan
pada dasarnya tidak terlepas dari peran penting guru sebagai tulang punggung
dan penopang utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Tantangan guru
profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 tersebut dapat dibedakan
menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal. Tantangan intenal
adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia,
diantaranya penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa, pengembangan
nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan fenomena rendahnya mutu
pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru profesional
dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia di era
global.
a. Tantangan
Internal
Penguatan nilai
kesatauan dan pembinaan moral bangsa
Krisis yang
berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam dan menimbulkan berbagai
dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Hal itu terutama dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat, menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan
orang tua, sering terjadinya benturan fisik antara peserta didik, dan mulai
adanya indikasi tidak saling menghormati antara sesama teman, yang pada
akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.
Pendidikan berupaya
menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan nyata bagi guru
adalah bagaimana seorang guru memilikikepribadian yang kuat dan matang untuk
dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan peserta didik
terhadap pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah
berhasil ditanam berarti bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia
yang berarati pula bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang menjunjung tinggi
etika dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat
mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.
b. Tantangan
Eksternal
Kecenderungan
kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan global,
yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan
melahirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup bagi
masyarakatnya, termasuk para guru yang profesional.
Kehidupan global yang
terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampuang dengan ciri perdagangan
bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan, memerlukan manusia
yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam melakukan persaingan,
diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif. Kemampuan individu untuk
bersaing seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu sistem pendidikan yang
kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam bidangnya.
Untuk itu, tantangan
bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah bagaimana guru yang
mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan
teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif.
Dengan demikian para sisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter
dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa Indonesia.
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi
Demokrasi dalam
bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu kesamaan hak
setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga kewajiban
yang sama bagi masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu. Dalam
pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana membantu dan mengembangkan
diri peserta didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan produktif
dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu mengekor seperti ‘bebek’ yang
hanya menerima petunjuk dari atasan dalam mewujudkan pendidikan yang
demokratis, perlu dilakukan berbagai penyesuaian dalam sistem pendidikan
nasional.
Sejalan dengan itu,
pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan berbagai perubahan
dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah memberikan
kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan proses
pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk
potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk untuk membantu
meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan berbasis
masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan nyata dari
demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih
memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai
prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran strategis dalam rangka
mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu, tantangan bagi guru dalam
wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi
pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai
prestasi yang diharapkan.
F.
Fenomena Rendahnya Mutu Pendidikan
Berbagai hasil studi
dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara menunjukkan bahwa
secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan bahkan secara nilai
rata-rata di bawah peringkat negara Asean lainnya. Walaupun demikian, secara
individual ada beberapa diantara peserta didik mampu menunjukkan prestasinya di
lomba-lomba bertaraf internasional, seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan
masyarakat yang cerdas, diperlukan proses pendidikan yang bermutu dan kunci
utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mutu guru. Proses pendidikan
dalam masyarakat abad 21 adalah suatu interaksi antara guru dengan peserta
didik sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat
yang demokratis dan terbuka.
Masyarakat yang
demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para pelakunya dan
guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan kata lain,
guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional oleh
karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan bersaing dengan profesi-profesi
lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan menerima seorang yang profesional
dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21 adalah
bagaimana menjadi seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang
mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling
menghormati atas dasar kemampuan individual, menjunjung tinggi rasa
kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang berlaku dan disepakati
bersama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kita sebagai seorang
pendidik harus cekatan dalam menghadapi persoalan yang ada, terutama pada
perubahan-perubahan IPTEK yang telah bermunculan. Sebagai bukti bahwa kita
sebagai seorang pendidik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan zaman
yang sekarang, yaitu di era globalisasi ini.
Mengapa guru dituntut
agar dapat menaklukkan tantangan-tantangan yang ada, dikarenakan demi memajukan
serta membimbing para peserta didik ke arah yang baik, yang diharapkan oleh
bangsa ini, yaitu sebagai generasi penerus bangsa yang kreatif, inovatif dan
lain sebagainya.
Maka, mari kita
benahi diri kita semua untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang baru,
yang akan muncul di hadapan kita sebagai seorang pendidik, agar kita dapat
menjadi teladan bagi anak-anak kita dan peserta didik kita, menuju kepada masa
depan yang lebih cerah lagi kedepannya dan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D, Pengembangan
Profesi Guru, Alfabeta, Bandung, 2011
Makalah'y baguusssss...............
BalasHapusMantap
BalasHapusMaaf untuk rumusan masalah nya tolong di adakan 🙏
BalasHapusSudah bagus kok